Perahu-perahu Kematian Itu
Perahu-perahu kematian itu terlihat bersandar tak jauh dari sini.
Sepertinya tidak ada apa-apa, tapi suasana malam dengan rintikan hujan menjadikan malam ini bertambah dingin merinding, karena rembulan tidak tulus memancarkan cahayanya, sehingga seluruh desa ini terlihat remang-remang.
Ada hal-hal yang terasa ganjil malam ini. Mendengar suara jeritan kesedihan binatang malam yang tidak biasa pada malam-malam sebelumnya.
Sudah sejam meringkuk dibalik jendela kaca, lalu perlahan aku berdiri memberanikan tubuh mengarahkan pandangan mataku ke arah yang mebuatku gemetar melihat perlahan perahu-perahu bersandar.
Bulu kudukku berdiri. Ada semacam sinar lampu kecil membayangi perahu itu. Sinarnya kedap-kedip, dan sesekali mati.
Lalu, apakah itu perahu kematian?
Bagaimana mungkin! Ini mimpi, atau hanya halusinasiku saja melihat penampakkan yang tidak wajar.
Lalu, aku meyakinkan diriku dengan menegukkan segelas air putih, dan membasuh wajahku memakai air dingin, supaya barangkali semua penampakkan itu lenyap, tapi ternyata tidak.
![]() |
Perahu perahu kematian itu.. Unsplash Images |
Malahan, aku merasakan perahu-perahu itu semakin mendekat, dan aku tidak melihat ada yang menggerakkannya.
Tanpa pikir panjang, aku menuju ke kamar tempat tidur penjaga rumah yang aku tinggal untuk sementara ini, kemudian berteriak, tapi tak ada jawaban.
Ada apa ini? Mengapa hatiku jadi gelisah? Aku mulai membayangkan hal-hal yang aneh akan terjadi. Mengapa malam ini aku rasa terlalu lama.
Aku ingin segera pagi, hingga bisa berkeliling rumah ini membuka tabir misteri.
Desa yang indah, tapi penuh misteri
Desa ini tak ubahnya desa mati. Seperti kutukan. Penuh kesunyian, dan aku tak melihat ada penduduk yang lalu-lalang seperti di desa lainnya.
Normalnya, ada suara tangisan bayi, suara anak-anak sedang bermain, atau suara adzan.
Tidak ada tempat ibadah di sini. Tidak ada gereja, atau masjid. Jangankan malam, siang pun begitu sunyi.
Hal gaib di luar batas pemikiran manusia. Biasanya, desa yang masih memegang adat kental, maka mereka sering mengadakan upacara untuk memberi penghormatan kepada apa yang mereka sembah.
Aku lalu mengunci diri di dalam kamar, karena tak bernyali melihat apa yang akan terjadi melalui jendela kaca itu.
Kemudian aku berdoa untuk mengembalikan imanku, agar aku tidak terbawa, atau terpengaruh dengan segala bentuk mistik yang ada di tempat ini.
Ya Tuhan, lindungi aku di sini, kamar tempat tidur, dan rumah tempat tinggalku.
Aku yakin, Engkau tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padaku, sebab aku datang dengan hati yang bersih. Tuhan jaga aku.
Banyak pertanyaan yang belum terjawab ternyata pagi memberiku sebuah kejutan
Dan, keesokan paginya aku kaget setengah mati mendengar suara tangisan.
Ku lemparkan selimut segera, dan bangkit berlari menuju suara itu.
Ya Allah ternyata benar, ada kematian di sini. Seorang anak baru saja meninggal subuh tadi.
Ibunya sedang sesegukan di situ. Bapaknya duduk terpaku menatap anaknya yang telah diam.
Penduduk desa satu persatu berdatangan memberi ucapan duka, lalu kembali ke rumah mereka masing-masing.
Ini sangat lain, suasana terlalu kaku tanpa bincang apapun. Umumnya, mesti ada sembahyang, atau apalah.
"Maaf bapak, aku Lia. Orang baru di sini. Aku baru tiga hari di tempat ini.
Kami rombongan tapi teman-teman ku yang lain mendapat tempat tinggal di desa seberang sana. Aku turut berduka cita sedalam-dalamnya."
"Barangkali ada yang bisa aku bantu pak?"
Dengan nada datar bapak itu menjawab, "tidak terimakasih", "kamu sudah membantu dengan datang ikut berduka."
Saat akan menuju ke rumah tempat tinggalku, dari jarak 50 meter terlihat pak tua si penjaga rumah duduk di bangku reot sambil mengelus-elus kucing peliharaannya.
Aku mempercepat langkah, supaya bisa tiba, dan mengobrol dengan dia.
Ini kesempatan, pikirku begitu. Mudah-mudahan aku mendapatkan informasi, atau paling tidak dia mau cerita sedikit mengenai kejadian aneh yang ada di desa ini.
"Bapak" sapaku pelan, "boleh aku ikut duduk di sini?" "Biar di bawah saja, di atas batu ini".
Mengapa ia tidak menjawab pertanyaanku? Wajahnya selalu menunduk. Tidak pernah sekali saja menatapku.
Aku semakin penasaran apakah bapak ini sedang menyembunyikan sesuatu dariku? Entahlah...
Hari mulai beranjak malam. Perlahan Bayang ketakutanku hadir lagi.
Jika malam ini terulang kejadian yang sama, aku segera angkat kaki dari tempat ini.
Biasanya, aku orang yang paling tidak perduli, dan tidak percaya dengan yang namanya hantu, mistik.
Pokoknya hal-hal semacam itu tidak membuatku gentar. Tapi, mungkin saat ini aku benar-benar menghadapinya, dan sialnya lagi, aku hanya sendiri di sini.
Aku heran, kenapa sekarang jadi seorang penakut? Tiba-tiba handphone ku berdering, ternyata dari teman yang menanyakan kabarku.
Sekitar lima menit kami bicara, dan... "astaga, ya ampun belum sempat mendapat jawaban apa-apa, pak tua itu tiba-tiba menghilang..
Awan tebal menggumpal, sepertinya akan hujan lebat malam ini.
Aku buru-buru masuk karena suasana sekitar sudah sangat sepi.
Di sini tidak seperti di kota yang di depan rumahnya pasti di beri penerangan.
Jadi, kamu bisa bayangkan ya! sudah sunyi, gelap, dan serem..
Malam ini aku sudah tidak konsentrasi lagi untuk mengerjakan pekerjaannku.
Ku putuskan untuk mendatangi kamar si pak tua itu. Paling tidak, aku ingin mengobrol sebentar, biar di depan pintunya saja.
Aku ingin semua ini jelas. Ku langkahkan kaki menuju pintu kamarnya..
"Bapak, bapak, selamat malam..sambil ketok pintu.." "aku ingin bicara dengan bapak sebentar" " ini baru pukul 20:00 wita" "mungkin bapak belum tidur ya.."
Sudah sepuluh menit tidak ada jawaban, lalu aku sengaja dekatkan telingaku ke daun pintu.
Aku dengar ada suara-suara seperti beberapa orang sedang bercakap-cakap.
Aku berpikir, mengapa dia ada di dalam kamarnya, tapi tidak menyahutku, dan membuka pintu?
Rupanya aku mesti mencari cara untuk melihat, atau mengetahuinya. Kebetulan ada lubang kecil di dekat tangan pintu.
"Oke pak tua, maaf ya.. aku akan mengintipmu dari lubang kecil ini, karena kamu membuatku sangat penasaran.
Kamu bapak penjaga penuh misteri, dan aku merasa mungkin akulah penghuni yang paling sopan dalam bertutur kata", dalam hatiku begitu.
Maka, kali ini tak ada waktu lagi mesti menunggu. Saatnya aku ngintip..
Ya Tuhan,.. sedang apa pak tua itu?
Mulutnya seperti berwarna merah,... "Tuhan tolong,.. Tuhan tolong..."teriakku dalam hati sambil menggigit tangan bajuku kuat-kuat supaya tidak mengeluarkan suara. Semoga aku tidak pingsan di depan pintu ini..
Yang lebih mengerikan lagi, pak tua itu ternyata tidak punya bola mata..
Rasanya lemas, kakiku sudah tidak kuat melangkah lagi.
Kamu tahu, saat itu aku sampai merayap di lantai untuk menuju kamar tidurku, karena sanking gemetarnya kaki, dan tanganku.
Tuhan, aku mohon lindungi aku sampai di dalam kamar, dan malam ini. Dengan tenaga tersisa, aku bereskan semua barangku.
Malam ini aku tidak akan pejamkan mata. Aku harus berjaga-jaga.
Tiba-tiba handphone ku berdering, ternyata telpon dari temanku yang di desa sebelah.
Dia menyuruhku menyiapkan semua barangku. Besok pagi kami akan kembali ke kota.
Aku agak heran, mengapa belum waktunya kami sudah harus kembali.
Keberadaanku di desa ini untuk penelitian tugas akhir perkuliahan.
Konon katanya pak tua itu setiap malam bulan purnama raganya selalu lepas dari tubuhnya.
Tubuhnya tetap berada di tempat tidur, namun raganya keluar melayang-layang, dan menari di bawah bulan purnama.
Selama beberapa malam itu, aku tidak sadar kalau pak tua itu adalah hantu, atau hantu jadi-jadian penunggu rumah itu.. dan samasekali tidak tahu dengan riwayat cerita rumah tua yang dijadikan sebagai penginapan.
Rupanya perahu-perahu yang bersandar itu hanyalah simbol saja dari berbagai kematian.
Menghenrankan, masyarakat di desa itu sangat tertutup.
Mestinya mereka beritahukan kepada orang baru tentang hal-hal aneh di desa mereka, dan di rumah itu.
Tapi, karena mereka takut nyawa mereka bisa direnggut.
Akhirnya, aku kembali tanpa ada hasil apa-apa.
Aku pun gagal membuat tugas akhir, dan harus menunggu setahun lagi.
Tapi aku bersyukur, karena jiwaku selamat. Bisa jadi malam-malam berikutnya adalah giliran aku yang jadi korban.
Terimakasih Tuhan atas perlindunganMu.
Mbaaa ini beneran ato fiksi?? Sereeeem euy... Kalo sampe beneran, aku langsung kabur juga kali dari desa itu :(. Merindiiing ih bacanyaaa.
ReplyDeleteWalopun selama ini blm prnh ngalamin hal2 mistis, tp tetep aja, kalo baca pengalaman org lain ttg hal2 berbau gini, jd penasaran, tapi amit2 ga pgn rasaiiiin, takuuuuuut :p
Mba Fanny, ini bukan fiksi, nyata.....
DeleteAku alami. Tapi aku gak mau sebutin nama tempatnya, takut ntar aku bisa di tegur. Soalnya denger2, skrg desa tsb rencana mau dijadiin t4 wisata.
Ini aku gak cerita ful detailnya, karena terlalu serem. Horor benerrr...
Aku jadi merinding bls komen mba...
Rencana mo skip post ini!