Untukmu Yang Di Sana

Untukmu yang di sana... kisah seorang pria yang ditinggal pergi pasangan jiwanya untuk selama-lamanya. 

Ia merasa separuh jiwa bahkan seluruh cintanya telah ikut bersama wanita yang amat dikasihi. 

Sampai saat ini ia pun masih menyimpan kenangan yang telah meraja dalam dada.

Merajam habis kebahagiaan. Mungkin ada pria yang tidak bisa merasakan sedih seperti ini saat berjuang bersama melawan sakit yang diderita pasangannya. Apakah lamu? Tapi, dengarlah kesedihan pria ini.

Aku yakin kau sudah tenang, dan bahagia. Sekarang kau tidak merasa sakit lagi . 

Semua penderitaan itu sudah usai sebab di sana tidak ada lagi tangis, air mata dan penderitaan. 

Langit kan cerah, matahari bersinar lagi. Kau adalah jiwa yang terpilih olehNya.

Aku sangat mencintaimu, menyayangimu dengan seluruh jiwa ragaku, tapi Tuhan lebih mencintaimu. 

Sebenarnya aku belum siap melepasmu, aku masih ingin memelukmu, menciummu dengan cinta namun apa daya...

Aku sudah tidak kuat Tuhan. Mengapa ujian ini begitu berat?

Untukmu yang di sana
Hatiku sunyi tanpamu. Pexel Images

Seringkali ku katakan pada diriku sendiri, bahwa aku sudah rela biarkan kau pergi, tapi ternyata aku mendapati diriku sendiri menangis jika di belakangmu. 

Apalagi berdiri melihatmu terbaring tak berdaya. Mengapa harus kamu? 

Bukan aku saja Tuhan? Aku marah pada takdir. Mengapa terlalu cepat merenggut bahagiaku, aku dan dia.

Egoiskah aku? Jika aku ingin bertengkar dengan takdir? Melawan semua kesedihan ini. 

Aku berusaha memberanikan diriku untuk tetap berdiri tegar jika berhadapan denganmu, namun semua itu hanya usahaku untuk menyenangkan dan membuatmu bahagia agar tidak menambah beban pikiranmu.

Di dalam kesakitanmu, dirimu malah terlihat lebih kuat dan ingin melakukan tugasmu sebagai pendampingku. 

Mengingatkan makan tepat waktu, memilihkan pakaian kantor, bahkan kamu nekat bangkit dari tempat tidur dengan terseok-seok berjalan menuju meja makan menemaniku sarapan pagi sebelum berangkat kerja, meski separuh jiwamu sudah tak mampu lagi.

Organ-organ tubuhmu semakin hari semakin melemah, gerakkanmu yang dulu lincah jadi lambat, mulai berjatuhan rambut lebatmu helai demi helai, matamu yang bening perlahan sayu, tapi raut wajahmu tetap terlihat manis. 

Senyum merekah di bibirmu selalu... ini yang membuatku bangga dan sekaligus menangis sejadi-jadinya.

Hatiku hancur karena aku harus menyaksikan semua ini hari lepas hari. 

Sakit itu menggerogoti tubuhmu pelan-pelan... "Tuhan, Tuhanku aku tak kuasa melihat dia yang ku sayang menderita begini..."

Dunia pasti bertanya mengapa aku tak mengajaknya ke dokter? Atau mengapa kau tak mencari dokter yang terpintar di dunia ini supaya dapat menyembuhkannya? 

Sudah, sudah kuupayakan semua semampuku demi separuh jiwaku ini dan tak pernah ku lewati sedetik pun dengan doa. 

Aku berteriak kencang dalam hati pada Tuhan "Ya Allah jika Engkau berkenaan, sembuhkanlah dia, angkatlah segala sakit derita itu darinya..."

Namun rencana Tuhan manusia tak pernah tahu dan mengerti. Doa-doaku bukan tidak di jawabNya. 

Ada proses yang mau Tuhan ajarkan untukku bahwa aku harus lebih tekun sabar menanti jawaban Tuhan, dan semua ini adalah rahasia. 

Hanya Tuhan yang tahu segalanya. Aku benar-benar mengerti bahwa setiap doa yang kita naikkan Allah pasti menjawabnya. Ada tiga kriteria;

1. Ketika doa yang kita naikkan pada Tuhan dengan sungguh-sungguh, penuh dengan kerendahan hati, Tuhan mendengar dan Dia menjawab "Ya".

2. Tuhan mendengar doa kita dan Dia menjawabnya dengan cara memberi tahu kepada kita bahwa 'kita harus menunggu'.

3. Tuhan mendengar doa kita dan Dia pun menjawabnya dengan sebuah kehilangan, yang berarti kita harus merelakan ia pergi. Karena itu yang terbaik baginya.

Pelajaran yang sangat berharga dalam hidupku bahwa memang aku sangat berduka tetapi sekaligus aku dibentuk menjadi lebih kuat dan mengerti. 

Setiap perjumpaan pasti ada perpisahan. Pintu tidak selalu dapat terbuka. Ada saatnya pintu itu tertutup kembali.

Sama seperti manusia, ada kehidupan ada pula kematian. 

Sebagai manusia kita selalu menginginkan kebahagiaan di dalam dunia ini, namun jika yang kita dapatkan adalah kesedihan bahkan duka maka kitapun harus menerimanya.

Silahkan nikmati puisi untukmu yang di sana.

Untukmu yang di sana

Kutuliskan puisi ini untukmu
kekasih jiwa
aku tahu sekarang kau sudah
tenang di alam sana...
kau tak merasa sakit lagi bukan?

dan,

aku sadar kau tak dapat membaca
bahkan mendengar ayat-ayat puisi
yang ku bacakan nanti
meski syairnya seindah hati
semanis wajahmu

Aku hanya dapat menulis
dalam kesendirian...
membaca bait demi bait,
aku membayangkan seolah
engkau ada, ada di sini...

namun,

ketika ku palingkan wajahku
yang ada hanyalah ruang hampa
aku tengah berdiri di atas sunyi
di ruang tempat dimana kita
melabuhkan hati menukar rindu

lalu,

Ku hapus lagi bait-bait puisi itu
ku tulis lagi
dan ku hapus lagi...
aku tak tahu sampai kapan
akan begini...

Jakarta,
Ike

Catatan
Hai kamu yang memang aku kenal dengan baik, sahabatku. Hari ini aku tepati janjiku di sela-sela kesibukkanku untuk menuliskan sebagian isi hatimu yang sudah kau tumpahkan padaku seminggu yang lalu. 

Aku harap artikel sederhana ini sedikit mewakili perasaanmu yang masih gundah gulana. Sedih bercampur duka yang masih saja tinggal di benakmu.

Sebagai sahabatmu dan orang yang sedikit banyak tahu bagaimana kesedihanmu, aku hanya dapat berpesan padamu bahwa aku siap mendengar keluh kesahmu lagi dan lagi sampai kau mampu. Jangan sungkan ya.

Suatu saat aku harus melihatmu gembira seperti dulu. Jika saat ini kamu masih belum bisa, jangan paksakan dirimu. 

Biarkan semua itu berjalan apa adanya hingga kamu dapat melewati masa-masa dukamu itu. Yang kuat ya kawan...GBU always

Post a Comment for "Untukmu Yang Di Sana"