Kamu Cuma Bisa Menyalahkan Aku

Kamu cuma bisa menyalahkan aku, aku bisa apa? Aku tak bisa nikmati hidup dengan bahagia. Tidak ada ketenangan. 

Mana bisa, jika aku terus divonis bersalah? Aku seperti duduk dibangku pesakitan, dan disidang berjam-jam di hadapanmu. Kau selalu menyalahkanku.

Setiap kali itu terjadi aku diam saja. 

Aku tidak mau ada keributan di antara kita, sebab aku lebih menyayangimu ketimbang ikut terpancing emosimu, oleh hal-hal kecil yang sebetulnya bisa diselesaikan dengan cinta kita

Seharusnya, itu yang terjadi kala mata kita terbuka memandang pagi, sebuah ucapan manis, pelukan, dan ciuman kecil saling mendarat mengisyaratkan tanda terimakasih atas kesetiaan, dan cinta kami hingga kau, dan aku masih di sini.

Kamu cuma bisa menyalahkan aku
Aku selalu menunggumu pulang. Unsplash Images

Dulu pernah kita begitu bahagia waktu kita masih pacaran. Kau perlihatkan dirimu seorang laki-laki, dan pacar sempurna bagiku. 

Sampai kemudian aku percaya, kau memang pantas kujadikan pendamping hidup.

Waktu itu aku tidak mau menoleh kebelakang melihat semua masa lalumu yang buram. Untuk apa? Tidak ada gunanya bagiku. 

Kami mau melangkah ke depan bukan terkugkung di masa lalu. Masa lalu biar berlalu. 

Sekelam apapun hidupmu, jika kau mau mengubahnya, maka kamu akan menjadi manusia yang bijaksana. Kamu tidak akan jatuh berkali-kali di lubang yang sama.

Kamu belum bisa melepaskan masa lalumu

Lalu sekarang kami menikah. Apa yang terjadi? Ternyata ada potongan masa lalumu yang tak mampu kau tinggalkan, dan kamu ingin tanamkan dalam kehidupan kami yang dibangun dengan susah payah ini. 

Tiap hari kamu siram dengan dusta supaya tumbuh subur menjadi luka. Kau sengaja melakukan semua itu agar lambat laun aku lemah, dan akhirnya mengaku pisah...

Kau tahu, aku bukan wanita yang gampang menyerah. Sekali lagi aku bilang, bahwa aku cinta kamu, dan sayang kamu seperti menyayangi diriku sendiri, karena kamu sudah bagian jiwaku, dan masa depanku.

Sekalipun kau tidak setia, aku tetap setia. Kamu jahat, aku bilang kamu baik. Kamu berbohong, aku tetap percaya, kamu kasar, aku memberimu kelembutan. 

Lakukan semua apa yang kamu inginkan, sampai kamu tahu dibatas mana kamu harus berhenti. Jika kau sadar, dan tak berdaya, aku masih berdiri di sampingmu.

Jangan jadikan dirimu seperti orang yang terhilang, dan ingat, kami bukan hidup di masa lalu..

Ingat, aku tidak mau kamu seperti orang yang terhilang, dan lupa diri. 

Lupa dari mana kamu datang, dan, lupa dengan seseorang yang tetap menunggumu dengan doa di pintu tiap saat kau pulang tengah malam, meski kamu tidak pernah menatap wajahnya apalagi menyentuhnya dengan kasihmu.

Aku tahu, sekarang kamu sedang diuji. Mungkin saja ini pelarianmu, karena kamu sedang berjuang untuk melawan sebuah kelemahan. Kamu terlalu jauh dari Tuhan. 

Kamu tidak pernah berdoa. Sujud di hadapanNya.

Memberi dirimu seutuhnya pada Tuhan, agar Dia dapat mencabut duri masa lalumu. Membuang semua kepahitan yang pernah kamu alami. 

Kamu tidak salah, kamu cuma berada pada waktu, dan tempat yang tidak tepat.

Tolong jangan kamu hukum dirimu sendiri...

Kamu tak pernah memberiku kesempatan untuk bicara sedikit saja

Sebenarnya aku ingin bicara sebagai sahabatmu saja, jika kamu sudah tidak mau menganggapku pendamping hidup, istri yang selalu menyiapkan keperluan pagimu. 

Memperhatikan dengan hati-hati menu makanmu, agar kau tetap sehat. Memilih setelan pakaian terbaik, supaya kau tampil rapi, dan berwibawah di depan bawahanmu.

Tapi kamu tak pernah memberiku sedikit kesempatan untuk itu. Emosimu meledak-ledak, padahal aku belum tuntaskan sebaris kalimat. 

Sampai aku sempat berpikir jangan-jangan kamu sedang bersandiwara untuk menutupi segala perbuatanmu di luar sana, atau...

Ini pikiran jelekku. Sebagai seorang yang terdekat denganmu, yang sudah makan asam garam merasakan betapa besar perubahanmu saat ini.

Sayangku,.. Tuhan tidak pernah tidur. Dia tahu semua yang tersembunyi.

Emosi, dan egois harus kami kesampingkan. Mari kami berjuang bersama mengurangi hal-hal negatif yang kami pelihara selama ini. Ya, membuang keburukan masing-masing lalu mengambil yang baik. Terima apa adanya kami.

Aku punya banyak kekurangan, dan kelemahan. Namum, bukan berarti kau sempurna. Aku selalu belajar memaafkamu. 

Tetapi, kamu harus berusaha mengoreksi dirimu juga. 

Aku memilih diam untuk memberimu kesempatan, agar memahami bahwa, apa yang kamu lakukan itu adalah sebuah keegoisan yang mesti kamu kurangi, atau sekalian buang jauh-jauh dari dirimu.

Katakan dengan jujur, aku mau mendengarmu, bisakah kau berlaku adil?

Kalau mau keluarga kami bahagia, maka kasih, dan cinta itu harus mendekati seimbang. Tidak bisa kamu menuntut dicintai 90 persen, tapi dirimu hanya memberikan 15 persen cinta. 

Sisanya kau bawah keluar. Adilkah begini? Lalu, bagaimana kamu bisa belajar mengerti, menghargai, apalagi menyayangi? 

Bahkan, sekarang aku merasakan cintamu sudah kering, dan tidak perduli dengan apa-apa.

Aku berusaha menghibur diriku dengan kata-kata manis "sayang, tenanglah ini cuma bumbu-bumbu dalam perjalanan hidupmu, supaya kamu lebih kuat." 

Tapi, sampai kapan aku terus begini? Aku takut suatu saat tidak bisa lagi mempertahankan kekuatanku ini

Ya Allah, aku sudah lupa berapa kali aku berteriak padaMu. MemanggilMu tak kenal waktu. Aku mohon Tuhan ubahkan dia menjadi pribadi yang lebih baik. Semoga.
Aku tetap menunggumu...

Catatan hati: Aku mau kamu juga semua orang tahu bahwa, tidak ada manusia yang sempurna. Semua orang berdosa. 
Datang dari berbagai masa lalu. Entah itu baik, atau buruk, kita tetap milik Tuhan. Tidak baik menyumpahi masa lalu sebab jika tidak ada masa lalu, maka kita tidak akan pernah menginjak masa ini. 
Bersyukur, karena kita banyak belajar dari masa lalu yang tidak menyenangkan membuat kita menjadi lebih bijak. Yang harus diperhatikan adalah, kita harus berubah. Ini yang membedakan.

Di bawah ini adalah puisi untuk Anda. Puisi kamu cuma bisa menyalahkan aku.

Kamu cuma bisa menyalahkan aku

Beberapa kali kucoba mengatakan
padamu aku tak ingin memaksamu
menjadi sempurna...
Aku hanya ingin kau jadi suamiku
kekasihku, sahabat hatiku
Desember jadi saksi bisu
Cinta kita tak lagi sebatas angan
Kau datang mengambilku
Tinggal disisi hatimu

Pikiranku tak lagi berkelindan
meraba hatimu
Sebab kita sudah satu
Siap mencumbu hari dan waktu
Setiap detik penuh makna
Malam penuh warna
Dengan rona kita hias ranjang
Kita adalah pengantin jiwa

Jakarta,

Post a Comment for "Kamu Cuma Bisa Menyalahkan Aku"